Trump Izinkan Israel Serang Gaza Jika Hamas Ingkar Kesepakatan

beritapolricom

Oktober 16, 2025

3
Min Read

Berita Lainnya

Washington — Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan bahwa Israel dapat kembali melancarkan operasi militer di Jalur Gaza apabila kelompok Hamas tidak mematuhi kesepakatan gencatan senjata yang telah disetujui bersama.

 

Dalam wawancara telepon dengan CNN pada Rabu (15/10) waktu setempat, Trump menegaskan bahwa dirinya akan meninjau ulang izin bagi Israel untuk kembali melakukan operasi di wilayah Gaza jika Hamas tidak memenuhi janji mereka.

 

Trump menyebut bahwa persoalan antara Israel dan Hamas akan segera menemui titik akhir. “Apa yang terjadi dengan Hamas, itu akan segera diselesaikan,” ujar Trump.

 

Ia menambahkan, Israel bisa saja kembali bergerak di kawasan Gaza jika Hamas terbukti melanggar kesepakatan. “Israel akan kembali ke jalan-jalan di Gaza segera setelah saya mengatakannya. Jika Israel bisa masuk dan menghancurkan mereka, mereka akan melakukannya,” ucap Trump.

 

Presiden Amerika Serikat itu mengakui bahwa sebelumnya ia sempat menahan langkah Israel untuk melakukan serangan lanjutan. “Sebelumnya saya harus menahan mereka,” katanya.

 

Menurut Trump, hal yang paling penting dalam kesepakatan tersebut adalah pembebasan 20 sandera Israel yang masih hidup. Ia menilai langkah itu sebagai prioritas utama dalam menjaga kepercayaan antara kedua belah pihak.

 

Meski demikian, Trump menekankan bahwa Hamas juga memiliki kewajiban moral dan politik untuk menyerahkan jasad para sandera yang telah meninggal dunia. Selain itu, kelompok tersebut harus melaksanakan perlucutan senjata sesuai perjanjian.

 

Sementara itu, kelompok perlawanan Palestina, Hamas, pada Rabu (15/10) mengumumkan kesiapannya untuk menyerahkan dua jasad sandera Israel lainnya sebagai bagian dari komitmen terhadap kesepakatan gencatan senjata.

 

Dalam pernyataan resmi yang disampaikan sayap bersenjata Hamas, Brigade Qassam, jasad kedua sandera tersebut akan dipindahkan pada pukul 22.00 waktu setempat atau Kamis (02.00 WIB).

 

Brigade Qassam menegaskan bahwa pihaknya telah mematuhi seluruh ketentuan dalam perjanjian. Mereka menyatakan telah menyerahkan semua sandera yang masih hidup serta jasad yang dapat mereka temukan di wilayah konflik.

 

Namun, Hamas menjelaskan bahwa proses evakuasi jasad sandera yang tersisa masih menghadapi tantangan besar. Mereka mengakui bahwa upaya tersebut memerlukan waktu, peralatan khusus, serta koordinasi lapangan yang tidak mudah dilakukan di tengah kondisi Gaza yang hancur.

 

“Evakuasi jasad yang tersisa membutuhkan upaya signifikan dan peralatan khusus. Kami sedang bekerja keras untuk menyelesaikan kasus ini,” tulis pernyataan resmi Hamas.

 

Pekan sebelumnya, Trump telah mengumumkan dimulainya tahap pertama rencana gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Kesepakatan itu ditandatangani pada 29 September dan mulai berlaku pada Jumat berikutnya.

 

Tahap awal perjanjian mencakup pertukaran tahanan dan sandera antara kedua pihak. Dalam tahap ini, Hamas wajib membebaskan 20 sandera Israel yang masih hidup serta menyerahkan jasad delapan orang lainnya sebagai imbalan atas pembebasan hampir 2.000 tahanan Palestina.

 

Selain itu, kesepakatan tersebut juga mengatur penarikan bertahap pasukan Israel dari sejumlah wilayah di Jalur Gaza yang sebelumnya mereka duduki selama operasi militer.

 

Pada tahap kedua, rencana perdamaian itu akan berfokus pada pembentukan pemerintahan baru di Gaza. Pemerintahan tersebut tidak akan melibatkan Hamas dan akan berada di bawah pengawasan pasukan multinasional untuk memastikan stabilitas dan keamanan kawasan.

 

Tahap lanjutan juga mencakup agenda perlucutan senjata seluruh faksi bersenjata yang berafiliasi dengan Hamas. Langkah ini diharapkan menjadi pondasi bagi proses rekonstruksi Gaza yang hancur akibat konflik panjang.

 

Sejak pecahnya konflik pada Oktober 2023, serangan militer Israel di Jalur Gaza telah menewaskan lebih dari 67.900 warga Palestina. Sebagian besar korban merupakan perempuan dan anak-anak, sementara ribuan lainnya kehilangan tempat tinggal.

 

Kondisi di Gaza kini dilaporkan semakin memprihatinkan. Infrastruktur rusak berat, pasokan makanan terbatas, dan akses kesehatan sangat minim, menjadikan wilayah itu hampir tidak layak huni.

 

Upaya internasional untuk menghentikan kekerasan terus dilakukan, namun ketegangan antara kedua pihak masih tinggi. Dunia berharap gencatan senjata yang telah disepakati kali ini dapat membuka jalan bagi perdamaian yang lebih permanen di kawasan Timur Tengah. ***

 

PILIHAN EDITOR